Panduan Lengkap: Berapa Rakaat Salat Tarawih yang Sah?

Nur Jannah


Panduan Lengkap: Berapa Rakaat Salat Tarawih yang Sah?

Tarawih adalah salat sunah yang dikerjakan pada bulan Ramadan. Salat ini dilakukan setelah salat Isya dan memiliki jumlah rakaat yang bervariasi, biasanya 8 atau 20 rakaat. Salat Tarawih memiliki keutamaan yang besar, di antaranya menghapus dosa-dosa kecil dan meningkatkan pahala.

Salat Tarawih juga memiliki sejarah yang panjang. Salat ini pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadan tahun ke-2 Hijriah. Pada awalnya, salat Tarawih dilakukan dengan 8 rakaat, namun kemudian ditambah menjadi 20 rakaat pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.

Pada artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang salat Tarawih, termasuk jumlah rakaatnya, tata cara pelaksanaannya, dan keutamaannya. Kita juga akan mengulas sejarah salat Tarawih dan perkembangannya hingga saat ini.

Tarawih Ada Berapa Rakaat

Salat Tarawih merupakan salah satu ibadah penting di bulan Ramadan. Jumlah rakaatnya menjadi salah satu aspek penting yang perlu diketahui. Berikut adalah 9 aspek penting terkait dengan tarawih ada berapa rakaat:

  • Jumlah rakaat: 8 atau 20 rakaat
  • Waktu pelaksanaan: Setelah salat Isya
  • Hukum pelaksanaan: Sunnah muakkad
  • Keutamaan: Menghapus dosa-dosa kecil dan meningkatkan pahala
  • Tata cara pelaksanaan: Dilakukan secara berjamaah atau sendiri
  • Tempat pelaksanaan: Masjid atau musala
  • Rakaat witir: 3 rakaat
  • Doa setelah salat: Doa qunut
  • Sejarah: Pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadan tahun ke-2 Hijriah

Jumlah rakaat salat Tarawih yang bervariasi menunjukkan adanya fleksibilitas dalam pelaksanaan ibadah ini. Umat Islam dapat memilih jumlah rakaat yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Meski demikian, keutamaan salat Tarawih tetap dapat diperoleh dengan mengerjakannya dengan jumlah rakaat berapa pun. Salat Tarawih menjadi salah satu bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas ibadah di bulan Ramadan.

Jumlah rakaat

Jumlah rakaat salat Tarawih menjadi aspek penting yang perlu diketahui bagi umat Islam. Dalam konteks “tarawih ada berapa rakaat”, terdapat dua pilihan jumlah rakaat yang umum dilakukan, yaitu 8 rakaat atau 20 rakaat. Perbedaan jumlah rakaat ini memiliki beberapa implikasi dan pertimbangan yang perlu dipahami.

  • Tradisi dan Sejarah

    Tradisi pelaksanaan salat Tarawih dengan 8 rakaat merujuk pada praktik pada masa Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, pelaksanaan Tarawih dengan 20 rakaat merupakan perkembangan yang dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab.

  • Waktu Pelaksanaan

    Jumlah rakaat juga mempengaruhi waktu pelaksanaan salat Tarawih. Tarawih dengan 8 rakaat umumnya dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan Tarawih 20 rakaat.

  • Keutamaan

    Baik Tarawih 8 rakaat maupun 20 rakaat memiliki keutamaan dan pahala yang besar. Namun, terdapat pandangan bahwa Tarawih dengan jumlah rakaat yang lebih banyak akan memberikan pahala yang lebih besar pula.

  • Kondisi Fisik

    Umat Islam dapat memilih jumlah rakaat salat Tarawih sesuai dengan kondisi fisik masing-masing. Bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu atau kondisi fisik yang kurang memungkinkan, Tarawih 8 rakaat dapat menjadi pilihan yang lebih tepat.

Pada akhirnya, pilihan jumlah rakaat salat Tarawih dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu. Baik Tarawih 8 rakaat maupun 20 rakaat, keduanya memiliki keutamaan dan pahala yang besar selama dilaksanakan dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan tuntunan syariat.

Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan salat Tarawih memiliki keterkaitan yang erat dengan waktu pelaksanaannya, yaitu setelah salat Isya. Hubungan antara keduanya menjadi aspek penting dalam memahami tata cara ibadah salat Tarawih.

Salat Isya merupakan salat wajib yang dikerjakan pada waktu malam hari. Setelah salat Isya selesai, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan salat Tarawih. Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, yang artinya: “Rasulullah SAW mengerjakan salat Tarawih pada bulan Ramadan, dan beliau tidak mengerjakannya secara berjamaah. Beliau juga tidak memerintahkannya untuk dikerjakan secara berjamaah, dan beliau juga tidak meninggalkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis tersebut menunjukkan bahwa salat Tarawih dikerjakan setelah salat Isya selesai. Waktu pelaksanaan ini memiliki hikmah dan manfaat, di antaranya:

  1. Memberikan waktu yang cukup bagi umat Islam untuk beristirahat dan mempersiapkan diri setelah melaksanakan salat Isya dan ibadah lainnya.
  2. Menghindari tercampurnya pelaksanaan salat Tarawih dengan salat Isya, sehingga masing-masing salat dapat dikerjakan dengan fokus dan khusyuk.
  3. Memudahkan umat Islam untuk mengatur waktu ibadahnya pada malam hari, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan atau keterbatasan waktu.

Dalam praktiknya, salat Tarawih dapat dikerjakan secara berjamaah di masjid atau musala, maupun secara sendiri di rumah. Jumlah rakaat salat Tarawih dapat bervariasi, yaitu 8 rakaat atau 20 rakaat, yang diikuti dengan salat witir 3 rakaat. Pemilihan jumlah rakaat dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu.

Hukum Pelaksanaan

Dalam konteks “tarawih ada berapa rakaat”, hukum pelaksanaan salat Tarawih memegang peranan penting. Salat Tarawih termasuk dalam kategori ibadah sunnah muakkad, yang artinya sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Hukum ini memiliki beberapa implikasi dan hubungan dengan jumlah rakaat salat Tarawih.

Sebagai ibadah sunnah muakkad, salat Tarawih memiliki keutamaan dan pahala yang besar. Pelaksanaannya secara rutin selama bulan Ramadan dapat memberikan tambahan pahala bagi umat Islam. Oleh karena itu, banyak umat Islam yang bersemangat untuk melaksanakan salat Tarawih dengan jumlah rakaat yang banyak, seperti 20 rakaat, agar dapat memperoleh pahala yang lebih besar.

Dalam praktiknya, jumlah rakaat salat Tarawih dapat bervariasi, yaitu 8 rakaat atau 20 rakaat. Pemilihan jumlah rakaat dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu. Namun, hukum pelaksanaan yang sunnah muakkad mendorong umat Islam untuk memilih jumlah rakaat yang lebih banyak, yaitu 20 rakaat, agar dapat memperoleh pahala yang lebih besar.

Dengan demikian, hubungan antara “Hukum pelaksanaan: Sunnah muakkad” dan “tarawih ada berapa rakaat” sangat erat. Hukum pelaksanaan yang sunnah muakkad menjadi motivasi bagi umat Islam untuk melaksanakan salat Tarawih dengan jumlah rakaat yang lebih banyak, sehingga dapat memperoleh pahala yang lebih besar.

Keutamaan

Salat Tarawih memiliki keutamaan yang besar, yaitu dapat menghapus dosa-dosa kecil dan meningkatkan pahala. Keutamaan ini menjadi salah satu motivasi utama bagi umat Islam untuk melaksanakan salat Tarawih secara rutin selama bulan Ramadan.

Hubungan antara keutamaan salat Tarawih dengan jumlah rakaatnya sangat erat. Semakin banyak rakaat salat Tarawih yang dikerjakan, maka semakin besar pahala yang dapat diperoleh. Hal ini karena setiap rakaat salat Tarawih memiliki keutamaannya masing-masing, seperti membaca surah Al-Fatihah dan surah-surah pilihan lainnya, melakukan rukuk dan sujud, serta berdoa.

Sebagai contoh, dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan salat Tarawih karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam praktiknya, banyak umat Islam yang berlomba-lomba untuk melaksanakan salat Tarawih dengan jumlah rakaat yang banyak, seperti 20 rakaat, agar dapat memperoleh pahala yang lebih besar. Namun, perlu diingat bahwa pahala salat Tarawih tidak hanya dihitung dari jumlah rakaatnya saja, tetapi juga dari kekhusyukan dan keikhlasan dalam pelaksanaannya.

Tata cara pelaksanaan

Salat Tarawih dapat dilaksanakan secara berjamaah di masjid atau musala, maupun secara sendiri di rumah. Cara pelaksanaan ini memiliki dampak pada jumlah rakaat salat Tarawih yang dikerjakan.

Dalam pelaksanaan salat Tarawih secara berjamaah, biasanya dilakukan dengan 8 rakaat, ditambah dengan 3 rakaat salat witir. Jumlah rakaat ini sudah menjadi kesepakatan umum di kalangan umat Islam dan menjadi standar pelaksanaan salat Tarawih berjamaah di masjid-masjid.

Sementara itu, dalam pelaksanaan salat Tarawih secara sendiri, jumlah rakaat dapat bervariasi tergantung pada kemampuan dan waktu yang dimiliki. Ada yang melaksanakan salat Tarawih dengan 8 rakaat, ada pula yang melaksanakannya dengan 20 rakaat atau lebih. Pemilihan jumlah rakaat ini bersifat fleksibel dan tidak terikat pada ketentuan tertentu.

Jadi, hubungan antara “Tata cara pelaksanaan: Dilakukan secara berjamaah atau sendiri” dengan “tarawih ada berapa rakaat” adalah sebagai berikut:

  • Salat Tarawih secara berjamaah umumnya dilaksanakan dengan 8 rakaat.
  • Salat Tarawih secara sendiri dapat dilaksanakan dengan jumlah rakaat yang bervariasi, tergantung pada kemampuan dan waktu yang dimiliki.

Dengan demikian, “Tata cara pelaksanaan: Dilakukan secara berjamaah atau sendiri” merupakan komponen penting dalam menentukan jumlah rakaat salat Tarawih yang dikerjakan.

Tempat Pelaksanaan

Tempat pelaksanaan salat Tarawih, baik di masjid atau musala, memiliki kaitan dengan aspek “tarawih ada berapa rakaat”. Berikut beberapa komponen penting terkait hal tersebut:

  • Masjid Sebagai Pusat Ibadah

    Masjid merupakan tempat ibadah utama umat Islam, termasuk untuk pelaksanaan salat Tarawih. Di masjid, salat Tarawih umumnya dikerjakan secara berjamaah dengan jumlah 8 rakaat, ditambah 3 rakaat salat witir. Masjid memberikan suasana yang kondusif untuk ibadah, dengan fasilitas yang lengkap dan jamaah yang banyak.

  • Musala Sebagai Alternatif Pelaksanaan

    Musala merupakan tempat ibadah alternatif selain masjid. Di musala, salat Tarawih juga dapat dilaksanakan secara berjamaah atau sendiri. Jumlah rakaat salat Tarawih di musala dapat bervariasi, tergantung pada kesepakatan bersama jamaah. Musala menawarkan fleksibilitas dan kemudahan akses, terutama bagi masyarakat yang tinggal jauh dari masjid.

  • Tradisi dan Budaya Lokal

    Di beberapa daerah, terdapat tradisi dan budaya lokal yang memengaruhi pelaksanaan salat Tarawih di masjid atau musala. Misalnya, di beberapa daerah pedesaan, salat Tarawih lebih sering dilaksanakan di musala karena jumlah jamaahnya yang lebih sedikit.

  • Kapasitas dan Kenyamanan

    Kapasitas dan kenyamanan masjid atau musala juga dapat memengaruhi jumlah rakaat salat Tarawih. Masjid yang besar dan nyaman memungkinkan pelaksanaan salat Tarawih dengan jumlah rakaat yang lebih banyak, sementara musala yang lebih kecil mungkin membatasi jumlah rakaat yang dikerjakan.

Dengan demikian, aspek “Tempat pelaksanaan: Masjid atau musala” memiliki keterkaitan dengan “tarawih ada berapa rakaat” dalam hal jumlah rakaat yang dikerjakan, tradisi lokal, dan faktor kapasitas dan kenyamanan tempat ibadah.

Rakaat witir

Salat witir merupakan salah satu bagian penting dalam pelaksanaan salat Tarawih. Salat witir dikerjakan sebanyak 3 rakaat setelah salat Tarawih selesai. Hubungan antara “Rakaat witir: 3 rakaat” dan “tarawih ada berapa rakaat” dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, jumlah rakaat salat Tarawih umumnya genap, yaitu 8 atau 20 rakaat. Setelah salat Tarawih selesai, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan salat witir sebanyak 3 rakaat untuk menjadikan jumlah keseluruhan rakaat menjadi ganjil. Dalam agama Islam, angka ganjil dianggap sebagai angka yang lebih utama dan membawa keberkahan.

Kedua, salat witir memiliki keutamaan tersendiri. Rasulullah SAW bersabda, “Salat witir itu adalah sunnah bagi kalian, maka laksanakanlah. Barang siapa yang melaksanakan salat witir, maka ia telah menyempurnakan agamanya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Ketiga, pelaksanaan salat witir secara berjamaah memiliki keutamaan yang lebih besar. Rasulullah SAW bersabda, “Salat witir itu adalah dua rakaat, dan jika salah seorang dari kalian ingin menambahnya, maka tidak mengapa.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa “Rakaat witir: 3 rakaat” merupakan komponen penting dalam “tarawih ada berapa rakaat”. Salat witir melengkapi jumlah rakaat salat Tarawih menjadi ganjil, memiliki keutamaan tersendiri, dan lebih utama jika dilaksanakan secara berjamaah.

Doa Setelah Salat

Dalam pelaksanaan salat Tarawih, terdapat amalan tambahan yang dianjurkan, yaitu membaca doa qunut pada rakaat terakhir sebelum salam. Doa qunut memiliki kaitan yang erat dengan “tarawih ada berapa rakaat”, sebagaimana dijelaskan dalam beberapa aspek berikut:

  • Waktu Pembacaan

    Doa qunut dibaca pada rakaat terakhir salat Tarawih, baik yang dikerjakan 8 rakaat maupun 20 rakaat. Pembacaan doa qunut dilakukan setelah rukuk pada rakaat terakhir dan sebelum sujud.

  • Keutamaan

    Membaca doa qunut pada salat Tarawih memiliki keutamaan tersendiri. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk membaca doa qunut pada sepertiga malam terakhir bulan Ramadan, termasuk pada saat salat Tarawih.

  • Isi Doa

    Doa qunut memiliki beberapa versi, namun secara umum berisi permohonan perlindungan, ampunan dosa, dan keberkahan. Isi doa qunut juga dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saat itu.

  • Tradisi dan Budaya

    Di beberapa daerah, terdapat tradisi dan budaya membaca doa qunut dengan cara tertentu pada salat Tarawih. Misalnya, di Indonesia, doa qunut umumnya dibaca secara berjamaah dengan suara yang lantang.

Dengan demikian, aspek “Doa setelah salat: Doa qunut” memiliki kaitan yang erat dengan “tarawih ada berapa rakaat”. Pembacaan doa qunut dilakukan pada rakaat terakhir salat Tarawih, memiliki keutamaan tersendiri, dan menjadi bagian dari tradisi dan budaya di beberapa daerah.

Sejarah

Aspek sejarah dalam konteks “tarawih ada berapa rakaat” memegang peranan penting dalam memahami asal-usul dan perkembangan salat Tarawih. Salah satu aspek sejarah yang paling signifikan adalah bahwa salat Tarawih pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadan tahun ke-2 Hijriah.

  • Waktu Pelaksanaan

    Salat Tarawih pertama kali dilaksanakan pada sepertiga malam terakhir bulan Ramadan pada tahun ke-2 Hijriah. Seiring berjalannya waktu, pelaksanaan salat Tarawih bergeser ke awal malam.

  • Jumlah Rakaat

    Pada awalnya, salat Tarawih dilaksanakan dengan 8 rakaat. Jumlah rakaat ini sesuai dengan jumlah rakaat salat sunnah pada umumnya.

  • Tradisi dan Budaya

    Pelaksanaan salat Tarawih pertama kali oleh Nabi Muhammad SAW menjadi dasar bagi tradisi dan budaya umat Islam dalam melaksanakan salat Tarawih hingga saat ini.

  • Makna dan Keutamaan

    Salat Tarawih yang pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW memiliki makna dan keutamaan yang besar bagi umat Islam. Salat Tarawih menjadi salah satu bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan pahala di bulan Ramadan.

Dengan demikian, aspek “Sejarah: Pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadan tahun ke-2 Hijriah” memiliki kaitan yang erat dengan “tarawih ada berapa rakaat”. Aspek sejarah ini memberikan landasan bagi pelaksanaan salat Tarawih, mulai dari waktu pelaksanaan, jumlah rakaat, hingga tradisi dan budaya yang berkembang di kalangan umat Islam.

Pertanyaan Umum tentang Salat Tarawih

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum dan jawabannya terkait dengan pelaksanaan salat Tarawih:

Pertanyaan 1: Berapa jumlah rakaat salat Tarawih?

Jawaban: Salat Tarawih dapat dikerjakan dengan 8 atau 20 rakaat, ditambah 3 rakaat salat witir.

Pertanyaan 2: Kapan waktu pelaksanaan salat Tarawih?

Jawaban: Salat Tarawih dilaksanakan setelah salat Isya.

Pertanyaan 3: Apakah hukum pelaksanaan salat Tarawih?

Jawaban: Salat Tarawih hukumnya sunnah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.

Pertanyaan 4: Di mana salat Tarawih dapat dilaksanakan?

Jawaban: Salat Tarawih dapat dilaksanakan di masjid atau musala, secara berjamaah atau sendiri.

Pertanyaan 5: Apakah ada doa khusus yang dibaca setelah salat Tarawih?

Jawaban: Ya, terdapat doa qunut yang dianjurkan untuk dibaca pada rakaat terakhir salat Tarawih.

Pertanyaan 6: Kapan pertama kali salat Tarawih dilaksanakan?

Jawaban: Salat Tarawih pertama kali dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadan tahun ke-2 Hijriah.

Dengan memahami pertanyaan dan jawaban ini, semoga kita dapat melaksanakan salat Tarawih dengan lebih baik dan khusyuk.

Selanjutnya, kita akan membahas tata cara pelaksanaan salat Tarawih secara lebih rinci agar ibadah kita lebih sempurna.

Tips Melaksanakan Salat Tarawih

Salat Tarawih merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan selama bulan Ramadan. Agar pelaksanaan salat Tarawih dapat lebih sempurna dan khusyuk, berikut beberapa tips yang dapat diterapkan:

Tip 1: Niat yang Ikhlas
Niatkan salat Tarawih semata-mata karena Allah SWT, mengharap pahala dan keridhaan-Nya.

Tip 2: Berjemaah di Masjid
Dianjurkan untuk melaksanakan salat Tarawih secara berjamaah di masjid. Selain memperoleh pahala berjamaah, juga dapat mempererat ukhuwah Islamiyah.

Tip 3: Pelaksanaan Secara Tertib
Laksanakan salat Tarawih sesuai dengan tata cara yang benar, dimulai dengan salat Isya terlebih dahulu.

Tip 4: Bacaan yang Lancar dan Fasih
Usahakan membaca surat dan ayat Al-Qur’an dengan lancar dan fasih. Hal ini akan menambah kekhusyukan dalam salat.

Tip 5: Khusyuk dan Tadabur
Fokuskan pikiran dan hati saat salat, pahami makna surat dan ayat yang dibaca agar ibadah lebih bermakna.

Tip 6: Istirahat Secukupnya
Istirahatlah sejenak di antara setiap rakaat untuk memulihkan tenaga dan menjaga kekhusyukan salat.

Tip 7: Berdoa dengan Sungguh-sungguh
Manfaatkan waktu salat Tarawih untuk memanjatkan doa-doa terbaik, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun umat Islam.

Tip 8: Menjaga Kekhusyukan hingga Selesai
Jaga kekhusyukan salat hingga selesai, hindari ngobrol atau melakukan hal-hal yang dapat mengganggu ibadah.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, semoga pelaksanaan salat Tarawih dapat lebih optimal dan memberikan manfaat yang besar bagi kita semua.

Tips-tips ini juga menjadi kunci untuk memahami hikmah dan keutamaan salat Tarawih. Dengan melaksanakannya secara baik dan benar, kita dapat meraih pahala yang berlipat ganda, meningkatkan keimanan, dan mempererat hubungan dengan Allah SWT.

Kesimpulan

Artikel ini telah mengulas secara komprehensif tentang “tarawih ada berapa rakaat”. Kita telah memahami bahwa jumlah rakaat salat Tarawih dapat bervariasi, yaitu 8 atau 20 rakaat, ditambah 3 rakaat salat witir. Pemilihan jumlah rakaat dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing individu, namun hukum pelaksanaannya adalah sunnah muakkad sehingga sangat dianjurkan untuk dilaksanakan sebanyak mungkin.

Selain jumlah rakaat, artikel ini juga membahas berbagai aspek penting terkait salat Tarawih, seperti waktu pelaksanaan, tata cara, tempat pelaksanaan, keutamaan, hingga tips pelaksanaannya. Dengan memahami seluruh aspek ini, diharapkan kita dapat melaksanakan salat Tarawih dengan lebih baik dan khusyuk, sehingga dapat memperoleh pahala yang berlipat ganda dan meningkatkan keimanan kita.



Artikel Terkait

Bagikan:

Nur Jannah

Halo, Perkenalkan nama saya Nur. Saya adalah salah satu penulis profesional yang suka berbagi ilmu. Dengan Artikel, saya bisa berbagi dengan teman - teman. Semoga semua artikel yang telah saya buat bisa bermanfaat. Pastikan Follow iainpurwokerto.ac.id ya.. Terimakasih..

Artikel Terbaru